Skip to main content

293,8 Km

     Tepat setahun sudah dua insan yang jatuh cinta terlarut dalam rindu yang sangat mendalam. Perputaran waktu terasa begitu lama. karena dua hal, waktu dan jaraklah adalah penyebab utama mereka hanya bisa saling membangun cinta hanya lewat do'a.

     Penikmat rindu yang sejati hanya bisa menuruti kata hati dan saling menggenggam kepercayaan untuk semua ini. Dengan keyakinan suatu saat semua rindu akan tercurah lewat pertemuan di musim liburan. 

     293,8 Km bukan jarak yang dekat untuk ditempuh berjalan kaki. Dari pusat kota ke daerah pelosok provinsi menjadi bukti nyata bahwa dua insan pemilik cinta berjuang menggapai cita masing-masing untuk mebina cinta yang jauh lebih diridhai. 

     Rindu, kau menusuk setiap waktu. Jantung ini kau debar kencangkan ketika terngiang sesosok wanita lembut dan cantik itu. Rindu, kau perlahan membunuhku. Rindu, bawalah diri ini ke pelosok provinsi ini. Dan pertemukan aku dengannya walau hanya sebentar.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Buku Hijau

Untukmu saksi bisu. Denganmu garis-garis perjuangan ku ukirkan. Denganmu bait-bait cinta kurangkaikan. Denganmu segala sendu kusampaikan. Dan denganmu jutaan semangat ku hamburkan. Kau hanya diam tersenyum melihatku menulis diatasmu. Kaulah sahabat sebenar-benar sahabat. Tidak khianat. Sekarang tetaplah bisu. Tapi nanti setelah aku mati. Ceritakanlah sejarah juang dan mimpi-mimpiku pada manusia dan semesta. Karena aku hanyalah manusia egois yang ingin jiwaku tetap hidup, walau raga telah tiada. Sahabat, kau akan menjadi pemantik perubahan dunia. Terima kasih sahabatku, setia selalu. Walau kita terpisah oleh dimensi ruang dan waktu. ~dorelefendi

Kesadaran

     Hanya ada suara adzan di masjid ketika kami melakukan kunjungan ke salah satu rumah sakit di sudut kota. Mungkin karena malam, sehingga tempat ini tidak begitu ramai akan suara. Langkah kaki bergesek ke lantai terdengar, sesekali terdengar juga suara orang-orang yang melintas menghiasi perjalanan kami menuju ruangan B1, bagian rawat inap.      Sama seperti rumah sakit pada umumnya, Rumah Sakit Raden Mat Taher yang ada di Kota Jambi ini termasuk rumah sakit yang menghadirkan suasana mencekam. Bagiku rumah sakit selalu mencekam, terutama tentang kesedihannya. Orang-orang yang biasa bersama dengan tawa, kini mesti berlarut dengan kesedihan karena penyakit. Bahkan tidak sedikit yang mesti mendatangkan tangisan penuh kesedihan karena kematian.      Sebelum menaiki tangga menuju lantai dua, aku sempat meliihat seorang anak muda yang tidak sanggup lagi berjalan. Ia didorong diatas kursi roda bertangkaikan infus di samping kanannya. Tatapannya kosong. Sayang sekali rasanya, umur semu