Skip to main content

Day 10

Jum`at 26 Juni 2020

Day 10

“Tidak ada kebetulan yang benar-benar kebetulan. Tuhan sebagai sebaik-baiknya penulis, telah menuliskan kisah terindah bagi hamba-hamba-Nya.”

Bagian ini saya mulai dengan kata-kata penuh motivasi, penuh dengan penyerahan segalanya kepada Sang Pencipta. Karena saya rasa, semua yang terjadi atas hidup ini bukan hanya tentang hukum sebab akibat yang terjadi di dunia saja melainkan semuanya sudah ditakdirkan oleh yang Maha Menakdirkan.

Beberapa hari sebelum tanggal 2 Juni 2020 yang lalu, saya dengan beberapa teman dihubungi oleh Bu Cory yang merupakan ketua tim komisi PKL untuk bersiap-siap melaksanakan praktik kerja lapang (PKL) di PT ABT (Alam Bukit Tiga Puluh) yang berlokasi di Kabupaten Tebo. Saya bersama teman-teman yang lain sangat antusias karena kebetulan kami merupakan tim pertama yang mendapatkan lokasi PKL. Di sisi lain, saya yang merupakan orang Kerinci yang belum pernah ke Tebo sangat bersemangat mengetahui hal ini. Karena saya memang tertarik dengan perjalanan ke luar Kabupaten. Ditambah lagi, katanya disana ada suku tradisional yang membuat saya semakin tertarik karena ingin berbaur dengan mereka dan saya sudah menyiapkan konsep untuk mendokumentasikan kehidupan Suku Tradisional tersebut.

Namun takdir tidak berkata demikian. Satu hari sebelum pertemuan pertama dengan pihak perusahaan, saya bersama Bang Randi mengalami demam. Iya, kami berdua mengalami demam, sehingga kami tidak berani berangkat ke Jambi karena takut nanti dikira terkena Covid-19 (Corona Virus Disease 2019). Siang, ketika saya dan Bang Randi melaporkan kondisi kami yang tidak memungkinkan untuk berangkat kepada Bu Cory, kami masih diperbolehkan untuk tidak datang pertemuan pertama dengan pihak perusahaan. Kemudian pada malam harinya, Bu Cory mengabari bahwa kami dipindahkan PKL ke KPHP Kerinci. Sempat terkejut, tetapi ya mau bagaimana lagi, mau tidak mau harus diterima. Pupus sudah ekspektasi saya ingin berkunjung ke Tebo. Pada waktu itu, saya berusaha husnudzan kepada Allah, bahwa allah telah menyiapkan yang terbaik untuk kami.

Hari ini, tepat pada hari ke sepuluh PKL, Allah perlahan tunjukkan apa yang menjadi rahasia-Nya. Setdaknya ada dua alasan yang menyebabkan saya benar-benar bersyukur hari ini. Yang pertama yaitu Allah tunjukkan sosok pemimpin yang memiliki cita-cita besar terhadap Kehutanan Provinsi Jambi pada umumnya dan Kemajuan KPHP Kerinci pada khususnya. Bu Neneng selaku pimpinan UPTD KPHP Kerinci selalu menanmkan nilai-nilai positif kepada pegawai PNS maupun non PNS yang lain. Pada apel pagi ini. Beliau menyampaikan betapa pentingnya improvisasi ide dari seluruh elemen untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas SDM pegawai KPHP. Improviasasi ini bisa berupa pelatihan budidaya madu seperti yang akan dilaksakan besok, Sabtu 27 Juni 2020, bisa berupa pelatihan pengamatan burung dengan bekerjasama dengan KBC (Kerinci Birdwatching Club) serta berbagai pelatihan yang lain. Selain itu, poin pening yang disampaikan oleh Bu Neneng pada apel pagi ini adalah betapa pentingnya Sustainability Usaha atau keberlanjutan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat maupun KPH itu sendiri. Karena produk dari KPHP Kerinci ini mulai dilirik oleh pasar, termasuk beberapa kota besar seperti Jakarta dan lain-lain. Tentunya produk unggulan seperti kayu manis, kopi serta madu memiliki potensi yang sangat besar di pasar Nasional maupun Internasional.

Hal kedua yang saya percayai bahwa Allah perlahan menunjukkan keajaibannya adalah ketika saya diajak oleh kak Ifah untuk melakukan survey persiapan untuk Pelatihan Budidaya Madu. Saya diajak kak Ifah untuk mengawani Pak Debby selaku pemateri utam pada pelatihan tersbut untuk melakukan survey ke Desa Kebun Baru untuk melihat kondisi lokasi Budidaya Madu di sana yang merupakan Desa Dampingan KPH di bawah Pak Rafi sebagai penyuluh di sana.

Bagaimana tidak, saya dipertemuakan dengan ahli lebah madu di Indonesia. Keahlian beliau tidak di ragukan lagi. Beliau juga merupakan pendiri sekalilgus ILMI (Inspirator Lebah Madu Indonesia). Menurut pemaparan beliau, ILMI telah mencapai anggota kurang lebih dua belas ribu orang di Facebook. ILMI juga telah tersebar ke lebih dari tiga puluh ptovinsi di Indonesia. Tentu sangat menarik sekali, karena perkembangan komunitas yang begitu pesat hanya terjadi kurang dari lima tahun.

Hal tersebut bisa terjadi karena motivasi besar serta niat yang ikhlas untuk menjadikan Indonesia sebagai swasembada madu. Serta beliau tidak meletakkan kepentingan dunianya diatas kepentingan akhirat.

“ILMI tidak pernah kita bangun dari atas, melainkan di bangun dari bawah dengan mengembangkan kesadaran masyarakat untuk mencapai visi yang sama” Ucap Pak Debby. Niat beliau memang ikhlas untuk mengembangkan madu Indonesia. Beliau telah berjalan kemana-mana untuk memberi edukasi kepada masyarakat perihal madu. Estimasi perjalanan beliau jarang sekali yang sesuai ketika beliau sudah berada di daerah-daerah untuk memberi edukasi dan menanamkan pemahaman. Karena ketika beliau memberi edukasi ke suatu daerah, kadang beliau disamperin oleh anggota beliau dari daerah yang tidak jauh dari daerah tersebut. tidak jarang juga beliau diminta untuk berkunjung ke daerah yang berdampingan dengan daerah awal beliau memberikan edukasi. “Itulah bedanya pemateri yang dipatok harga dengan pemateri seperti aku” Ucap Pak Debby sambil membenarkan posisi rokoknya di tangan kirinya. “aku tidak mungkin tidak mennghadiri undangan dari anggota, karena disana terdapat tanggung jawab moril yang mesti aku penuhi.” Sambung Pak Debby dengan tatapan serius kepadaku.

Tentu hal ini adalah alasan yang sangat mulia, sesuatu yang dibangun dengan pondasi dan prinsip yang kuat tidak akan hancur dengan apa yang membuat tergiur sementara seperti harta. Pak Debby pernah ditawari mobil mewah seharga ratusan juta agar tidak mengusik perdagangan madu SOS (S… Oplosan Sirup). Bahkan ada yang lebih parah lagi bahwa beliau pernah diacam untuk dibunuh jika masih terus berlanjut mengusik perdagangan madu SOS. Tentu hal yang sangat berat jika kita menanamkan prinsip kebaikan dalam setiap apa yang kita kerjakan jika dihadapkan dengan hal demikian.

Niat Pak Debby yang ikhlas hanya demi kebaikan dan keberlanjutan lebah madu Indonesia dengan menjual madu murni tentu merugikan pihak-pihak yang menjual madu SOS. Karena tentu kualitas madu murni milik pak Debby sangat jauh berbeda dengan madu SOS tersebut.

Madu murni merupakan madu yang berasal dari kehidupan alamiah si lebah. Pakan lebah berasal tumbuhan dan bukan dari gula asupan petani. Pak Debby berkata “Ketika kita melakukan budidaya madu dengan prinsip alamiah kehidupan mereka, maka kita telah berusaha melesatarikan alam. Karena kepanjangan madu itu sendiri adalah Melestarikan Alam Dapat Untung.” Kepnajangan yang sangat sederhana tetapi memiliki makna yang sangat dalam. Prinsip yang kokoh ini, dibangun oleh Pak Debby dengan pondasi yang sangat kuat yaitu surat An-Nahl ayat 68-69.

 

Pak Debby juga menyampaikan bahwa dia ingin melakukan dakwah melalui lebah ke berbagai kota, ke berbagai daerah di Indonesia.

Percakapan di lading Pak Mubin, petani lebah Desa Kebun Baru ini yang sudah berlansung dari jam 13:00 WIB sampai pukul 16:30 WIB sangat tidak terasa karena percakapan yang begitu menyenangkan. Sampai-sampai Pak Debby sempat bercerita kisah panjang perjalanan beliau hingga menapaki tangga kesuksesan di dunia perlebahan seperti sekarang ini. Tidak ada yang sia-sia, semua terbentuk karena proses yang panjang.

Kisah masa lalu pak debby dan bapaknya.

Kelebihan petani lebah.

Saya sangat menyadari bahwa ilmu itu mahal, tetapi orang yang memurahkan ilmunya jauh lebih bernilai.

Tentu hari ini adalah hari yang membuka cakrawala pikiran. Bisa saja jika Allah mengizinkanku untuk melaksanakan PKL di Tebo, belum tentu aku bisa bertemu salah satu orang terbaik di dunia perlebahan Indonsia.


Comments

Popular posts from this blog

Buku Hijau

Untukmu saksi bisu. Denganmu garis-garis perjuangan ku ukirkan. Denganmu bait-bait cinta kurangkaikan. Denganmu segala sendu kusampaikan. Dan denganmu jutaan semangat ku hamburkan. Kau hanya diam tersenyum melihatku menulis diatasmu. Kaulah sahabat sebenar-benar sahabat. Tidak khianat. Sekarang tetaplah bisu. Tapi nanti setelah aku mati. Ceritakanlah sejarah juang dan mimpi-mimpiku pada manusia dan semesta. Karena aku hanyalah manusia egois yang ingin jiwaku tetap hidup, walau raga telah tiada. Sahabat, kau akan menjadi pemantik perubahan dunia. Terima kasih sahabatku, setia selalu. Walau kita terpisah oleh dimensi ruang dan waktu. ~dorelefendi

Kesadaran

     Hanya ada suara adzan di masjid ketika kami melakukan kunjungan ke salah satu rumah sakit di sudut kota. Mungkin karena malam, sehingga tempat ini tidak begitu ramai akan suara. Langkah kaki bergesek ke lantai terdengar, sesekali terdengar juga suara orang-orang yang melintas menghiasi perjalanan kami menuju ruangan B1, bagian rawat inap.      Sama seperti rumah sakit pada umumnya, Rumah Sakit Raden Mat Taher yang ada di Kota Jambi ini termasuk rumah sakit yang menghadirkan suasana mencekam. Bagiku rumah sakit selalu mencekam, terutama tentang kesedihannya. Orang-orang yang biasa bersama dengan tawa, kini mesti berlarut dengan kesedihan karena penyakit. Bahkan tidak sedikit yang mesti mendatangkan tangisan penuh kesedihan karena kematian.      Sebelum menaiki tangga menuju lantai dua, aku sempat meliihat seorang anak muda yang tidak sanggup lagi berjalan. Ia didorong diatas kursi roda bertangkaikan infus di samping kanannya. Tatapannya kosong. Sayang sekali rasanya, umur semu