Day 10
“Tidak
ada kebetulan yang benar-benar kebetulan. Tuhan sebagai sebaik-baiknya penulis,
telah menuliskan kisah terindah bagi hamba-hamba-Nya.”
Bagian
ini saya mulai dengan kata-kata penuh motivasi, penuh dengan penyerahan
segalanya kepada Sang Pencipta. Karena saya rasa, semua yang terjadi atas hidup
ini bukan hanya tentang hukum sebab akibat yang terjadi di dunia saja melainkan
semuanya sudah ditakdirkan oleh yang Maha Menakdirkan.
Beberapa
hari sebelum tanggal 2 Juni 2020 yang lalu, saya dengan beberapa teman
dihubungi oleh Bu Cory yang merupakan ketua tim komisi PKL untuk bersiap-siap
melaksanakan praktik kerja lapang (PKL) di PT ABT (Alam Bukit Tiga Puluh) yang
berlokasi di Kabupaten Tebo. Saya bersama teman-teman yang lain sangat antusias
karena kebetulan kami merupakan tim pertama yang mendapatkan lokasi PKL. Di
sisi lain, saya yang merupakan orang Kerinci yang belum pernah ke Tebo sangat
bersemangat mengetahui hal ini. Karena saya memang tertarik dengan perjalanan
ke luar Kabupaten. Ditambah lagi, katanya disana ada suku tradisional yang
membuat saya semakin tertarik karena ingin berbaur dengan mereka dan saya sudah
menyiapkan konsep untuk mendokumentasikan kehidupan Suku Tradisional tersebut.
Namun
takdir tidak berkata demikian. Satu hari sebelum pertemuan pertama dengan pihak
perusahaan, saya bersama Bang Randi mengalami demam. Iya, kami berdua mengalami
demam, sehingga kami tidak berani berangkat ke Jambi karena takut nanti dikira
terkena Covid-19 (Corona Virus Disease 2019). Siang, ketika saya dan Bang Randi
melaporkan kondisi kami yang tidak memungkinkan untuk berangkat kepada Bu Cory,
kami masih diperbolehkan untuk tidak datang pertemuan pertama dengan pihak
perusahaan. Kemudian pada malam harinya, Bu Cory mengabari bahwa kami dipindahkan
PKL ke KPHP Kerinci. Sempat terkejut, tetapi ya mau bagaimana lagi, mau tidak
mau harus diterima. Pupus sudah ekspektasi saya ingin berkunjung ke Tebo. Pada
waktu itu, saya berusaha husnudzan kepada Allah, bahwa allah telah menyiapkan
yang terbaik untuk kami.
Hari
ini, tepat pada hari ke sepuluh PKL, Allah perlahan tunjukkan apa yang menjadi
rahasia-Nya. Setdaknya ada dua alasan yang menyebabkan saya benar-benar
bersyukur hari ini. Yang pertama yaitu Allah tunjukkan sosok pemimpin yang
memiliki cita-cita besar terhadap Kehutanan Provinsi Jambi pada umumnya dan
Kemajuan KPHP Kerinci pada khususnya. Bu Neneng selaku pimpinan UPTD KPHP
Kerinci selalu menanmkan nilai-nilai positif kepada pegawai PNS maupun non PNS
yang lain. Pada apel pagi ini. Beliau menyampaikan betapa pentingnya
improvisasi ide dari seluruh elemen untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas
SDM pegawai KPHP. Improviasasi ini bisa berupa pelatihan budidaya madu seperti
yang akan dilaksakan besok, Sabtu 27 Juni 2020, bisa berupa pelatihan pengamatan
burung dengan bekerjasama dengan KBC (Kerinci Birdwatching Club) serta berbagai
pelatihan yang lain. Selain itu, poin pening yang disampaikan oleh Bu Neneng
pada apel pagi ini adalah betapa pentingnya Sustainability Usaha atau
keberlanjutan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat maupun KPH itu
sendiri. Karena produk dari KPHP Kerinci ini mulai dilirik oleh pasar, termasuk
beberapa kota besar seperti Jakarta dan lain-lain. Tentunya produk unggulan
seperti kayu manis, kopi serta madu memiliki potensi yang sangat besar di pasar
Nasional maupun Internasional.
Hal
kedua yang saya percayai bahwa Allah perlahan menunjukkan keajaibannya adalah
ketika saya diajak oleh kak Ifah untuk melakukan survey persiapan untuk
Pelatihan Budidaya Madu. Saya diajak kak Ifah untuk mengawani Pak Debby selaku
pemateri utam pada pelatihan tersbut untuk melakukan survey ke Desa Kebun Baru
untuk melihat kondisi lokasi Budidaya Madu di sana yang merupakan Desa
Dampingan KPH di bawah Pak Rafi sebagai penyuluh di sana.
Bagaimana
tidak, saya dipertemuakan dengan ahli lebah madu di Indonesia. Keahlian beliau
tidak di ragukan lagi. Beliau juga merupakan pendiri sekalilgus ILMI
(Inspirator Lebah Madu Indonesia). Menurut pemaparan beliau, ILMI telah
mencapai anggota kurang lebih dua belas ribu orang di Facebook. ILMI juga telah
tersebar ke lebih dari tiga puluh ptovinsi di Indonesia. Tentu sangat menarik
sekali, karena perkembangan komunitas yang begitu pesat hanya terjadi kurang
dari lima tahun.
Hal
tersebut bisa terjadi karena motivasi besar serta niat yang ikhlas untuk
menjadikan Indonesia sebagai swasembada madu. Serta beliau tidak meletakkan
kepentingan dunianya diatas kepentingan akhirat.
“ILMI
tidak pernah kita bangun dari atas, melainkan di bangun dari bawah dengan
mengembangkan kesadaran masyarakat untuk mencapai visi yang sama” Ucap Pak
Debby. Niat beliau memang ikhlas untuk mengembangkan madu Indonesia. Beliau
telah berjalan kemana-mana untuk memberi edukasi kepada masyarakat perihal
madu. Estimasi perjalanan beliau jarang sekali yang sesuai ketika beliau sudah
berada di daerah-daerah untuk memberi edukasi dan menanamkan pemahaman. Karena
ketika beliau memberi edukasi ke suatu daerah, kadang beliau disamperin oleh
anggota beliau dari daerah yang tidak jauh dari daerah tersebut. tidak jarang
juga beliau diminta untuk berkunjung ke daerah yang berdampingan dengan daerah
awal beliau memberikan edukasi. “Itulah bedanya pemateri yang dipatok harga
dengan pemateri seperti aku” Ucap Pak Debby sambil membenarkan posisi rokoknya
di tangan kirinya. “aku tidak mungkin tidak mennghadiri undangan dari anggota,
karena disana terdapat tanggung jawab moril yang mesti aku penuhi.” Sambung Pak
Debby dengan tatapan serius kepadaku.
Tentu
hal ini adalah alasan yang sangat mulia, sesuatu yang dibangun dengan pondasi
dan prinsip yang kuat tidak akan hancur dengan apa yang membuat tergiur
sementara seperti harta. Pak Debby pernah ditawari mobil mewah seharga ratusan
juta agar tidak mengusik perdagangan madu SOS (S… Oplosan Sirup). Bahkan ada
yang lebih parah lagi bahwa beliau pernah diacam untuk dibunuh jika masih terus
berlanjut mengusik perdagangan madu SOS. Tentu hal yang sangat berat jika kita
menanamkan prinsip kebaikan dalam setiap apa yang kita kerjakan jika dihadapkan
dengan hal demikian.
Niat
Pak Debby yang ikhlas hanya demi kebaikan dan keberlanjutan lebah madu
Indonesia dengan menjual madu murni tentu merugikan pihak-pihak yang menjual
madu SOS. Karena tentu kualitas madu murni milik pak Debby sangat jauh berbeda
dengan madu SOS tersebut.
Madu
murni merupakan madu yang berasal dari kehidupan alamiah si lebah. Pakan lebah
berasal tumbuhan dan bukan dari gula asupan petani. Pak Debby berkata “Ketika
kita melakukan budidaya madu dengan prinsip alamiah kehidupan mereka, maka kita
telah berusaha melesatarikan alam. Karena kepanjangan madu itu sendiri adalah
Melestarikan Alam Dapat Untung.” Kepnajangan yang sangat sederhana tetapi
memiliki makna yang sangat dalam. Prinsip yang kokoh ini, dibangun oleh Pak
Debby dengan pondasi yang sangat kuat yaitu surat An-Nahl ayat 68-69.
Pak
Debby juga menyampaikan bahwa dia ingin melakukan dakwah melalui lebah ke
berbagai kota, ke berbagai daerah di Indonesia.
Percakapan
di lading Pak Mubin, petani lebah Desa Kebun Baru ini yang sudah berlansung
dari jam 13:00 WIB sampai pukul 16:30 WIB sangat tidak terasa karena percakapan
yang begitu menyenangkan. Sampai-sampai Pak Debby sempat bercerita kisah
panjang perjalanan beliau hingga menapaki tangga kesuksesan di dunia perlebahan
seperti sekarang ini. Tidak ada yang sia-sia, semua terbentuk karena proses
yang panjang.
Kisah masa lalu pak debby dan
bapaknya.
Kelebihan petani lebah.
Saya
sangat menyadari bahwa ilmu itu mahal, tetapi orang yang memurahkan ilmunya
jauh lebih bernilai.
Tentu
hari ini adalah hari yang membuka cakrawala pikiran. Bisa saja jika Allah
mengizinkanku untuk melaksanakan PKL di Tebo, belum tentu aku bisa bertemu
salah satu orang terbaik di dunia perlebahan Indonsia.
Comments
Post a Comment