Skip to main content

Day 4

Pagi ini aku tidak berangkat menggunakan motor, tetapi aku di jemput oleh Bang Oze dengan menggunakan mobil pick-up. Karena hari ini kami akan berangkat ke lapangan yaitu menuju areal kerja KPHP Kerinci. lebih tepatnya menuju ke Renah Kayu Embun atau yang biasa di singkat dengan RKE.

Bang Kerlin dan Pak Pauza siap menemani perjalanan hari ini. Bang Kerlin berangkat dengan motor trail-nya, Pak Pauzan berangkat dengan menggunakan motor metiknya dan kami, peserta PKL berangkat menggunakan mobil yang dibawa oleh Bang Oze.

Pukul 09:00 WIB, kami berangkat dari kantor yang berlokasi di Tanjung Pauh Mudik menuju RKE yang berlokasi di belakang Bukit Khayangan. Setelah membeli logistik, kami langsung berangkat menuju RKE. Setelah melewati perjalanan kurang lebih 20 menit, kami sampai di Resort RKE milik KPHP Kerinci. Disana sudah Bang Kerlin dan Pak Pauzan yang menunggu kami.

Dalam perjalanan, kami tidak melihat pemandangan yang disuguhkan dari atas bukit karena tertutup oleh kabut tebal. Biasnya dari Bukit Khayangan, terlihat pemandangan Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh. Sayang beribu kali sayang, kami mengurungkan niat untuk banyak berfoto disini. Harap-harap semoga Tuhan berbaik hati ketika kami pulang nanti.

Hari ini kami hanya mempraktekkan materi pengambilan data pemetaan kawasan yang diajarkan oleh Bang Kerlin kemaren sore. Kami disuruh merekam perjalanan dan membentuk sebuah poligon yang berukuran maksimal 2 Ha sebagai data lapangan sebelum kami olah menjadi peta menggunakan Soft Were di komputer.

Setelah hampir dua jam di sana belajar mengambil data lapangan untuk sebuah peta, aku malah terfokus pada hal lain. Pertama aku melihat adanya hamparan yang luas dan sangat indah. Sesuai dengan namanya, kawasan ini disebut Renah (dataran atau kawasan). Maka tidak salah, RKE ini menjadi salah satu wilayah yang akan dikembangkan menjadi ekowisata Highland. Kedua, aku melihat adanya sisi lain dari apa yang ku katakan di poin yang pertama. Yaitu aku melihat adanya sampah yang banyak adan ada beberapa mobil dan alat berat bekerja disitu. Terlihat yaitu tumpukan dan timbunan sampah. Pikiranku tidak berhenti bergejolak melihat dua gradasi ini. Daerah yang potensial untuk dikembangkan malah dirusak dengan tidak adanya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di kawasan tersbut. Yang menjadi permaslaah lainnya adalah TPA tersebut berada di dalam kawasan hutan (areal kerja KPH).

Jelas ini bukan sesuatu yang sederhana karena mesti diselesaikan secara holstik, tetapi ya ini tugas kita bersama. Tidak hanya pemerintah, tetapi seluruh stakeholders terkait.


Comments

Popular posts from this blog

Buku Hijau

Untukmu saksi bisu. Denganmu garis-garis perjuangan ku ukirkan. Denganmu bait-bait cinta kurangkaikan. Denganmu segala sendu kusampaikan. Dan denganmu jutaan semangat ku hamburkan. Kau hanya diam tersenyum melihatku menulis diatasmu. Kaulah sahabat sebenar-benar sahabat. Tidak khianat. Sekarang tetaplah bisu. Tapi nanti setelah aku mati. Ceritakanlah sejarah juang dan mimpi-mimpiku pada manusia dan semesta. Karena aku hanyalah manusia egois yang ingin jiwaku tetap hidup, walau raga telah tiada. Sahabat, kau akan menjadi pemantik perubahan dunia. Terima kasih sahabatku, setia selalu. Walau kita terpisah oleh dimensi ruang dan waktu. ~dorelefendi

Kesadaran

     Hanya ada suara adzan di masjid ketika kami melakukan kunjungan ke salah satu rumah sakit di sudut kota. Mungkin karena malam, sehingga tempat ini tidak begitu ramai akan suara. Langkah kaki bergesek ke lantai terdengar, sesekali terdengar juga suara orang-orang yang melintas menghiasi perjalanan kami menuju ruangan B1, bagian rawat inap.      Sama seperti rumah sakit pada umumnya, Rumah Sakit Raden Mat Taher yang ada di Kota Jambi ini termasuk rumah sakit yang menghadirkan suasana mencekam. Bagiku rumah sakit selalu mencekam, terutama tentang kesedihannya. Orang-orang yang biasa bersama dengan tawa, kini mesti berlarut dengan kesedihan karena penyakit. Bahkan tidak sedikit yang mesti mendatangkan tangisan penuh kesedihan karena kematian.      Sebelum menaiki tangga menuju lantai dua, aku sempat meliihat seorang anak muda yang tidak sanggup lagi berjalan. Ia didorong diatas kursi roda bertangkaikan infus di samping kanannya. Tatapannya kosong. Sayang sekali rasanya, umur semu