Skip to main content

Masyarakat Adat Kemantan ; Berbenah Dari Musibah.

Tak terasa kami sudah memasuki tiga minggu terakhir dalam menjalani PKL ini. Artinya, sudah memasuki minggu ke enam kami belajar langsung tentang praktik pengelolaan hutan di tingkat tapak yang dilakukan oleh KPH.

Sesuai jadwal, minggu ke enam adalah jadwal kami untuk melihat potensi ekowisata yang ada dalam kawasan KPHP Kerinci. Pada hari ini, tanggal 28 Juli 2020, jadwal kami adalah melihat potensi ekowisata yang ada di Hutan Adat Tigo Luhah Kemantan.

saya tidak begitu tahu banyak perihal hutan adat yang ada di kemantan ini. setelah saya coba cari tahu di internet, saya takjub karena ternyata hutan adat yang ada di kemantan ini merupakan hutan adat pertama yang ada di indoensia yang di sahkan oleh menteri LHK pada tahun 2016. 

Saya bersama teman-teman yang lain, disambut baik oleh ketua adat tigo luhah kemantan di rumahnya. setelah berbincang sebentar dan mengisi buku tamu, kami bergegas untuk melakukan perjalanan menuju air terjun yang ada di dalam hutan adat. perjalanan ini, kami ditemani langsung oleh Bang Ariez, selaku sekretaris adat.

setelah mengambil dokumentasi di depan rumah ketua adat, kami anggota PKL bersama Bang Ariez memulai perjalanan dengan jalan kaki. Di depan rumah, mata saya langsung tertuju melihat air yang mengalir dengan begitu jernihnya. saya langsung mengambil kesimpulan bahwa masih terjaganya hutan di daerah hulu.

sama seperti yang dijeaskan oleh ketua adat bahwa memang terdapat kawasan yang diperuntukkan untuk dilindungi agar tercapai dan terjalankannya fungsi ekologis suatu kawasan.

Foto bersama sebelum melakukan perjalanan menuju Hutan Adat Tigo Luhah Kemantan.

Dalam pembagiannya, Hutan Adat Tigo Luhah Kemantan ini terbagi menjadi tiga zonasi. Yaitu :
  1. Zona Merah : Yaitu areal yang tidak boleh digarap atau areal konservasi dengan luasan 40%
  2. Zona Kuning : Yaitu hutan sekunder dan semak belukar (sebagai fungsi lindung) dengan luasan 40%
  3. Zona Hijau : Yaitu lahan yang tergarap atau agroforestry dengan luasan 20%
menurut UU nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan, Hutan Adat adalah hutan yang berada di dalam wilayah masyarakat hukum adat dan Masyarakat Hukum Adat adalah kelompok masyarakat yang secara turun temurun bermukim di wilayah geografis tertentu karena adanya ikatan pada asal usul leluhur, adanya hubungan yang kuat dengan lingkungan hidup, serta adanya sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi, politik, sosial, dan hukum. Sesuai pemahaman yang dianut oleh masyarakat Kemantan bahwa Adat adalah paga nagari. Semua yang terjadi di dalam negeri, diatur oleh adat. Dalam hal ini adalah Hukum Adat Tigo Luhah Kemantan. Termasuklah di dalamnyo imbo merupakan hak Tigo Luhah dan Tanah yang ado merupakan hak depati. Segala kegiatan yang terjadi di dalam hutan adat, maka wajib atas izin pengurus adat.

Dalam perjalanan, saya tidak hanya takjub akan air yang masih jernih, kondisi vegetasi yang masih lumayan rapat serta kondisi fisik lainnya, saya juga melihat bahwa masih lumayan banyak masyrakat yang keluar masuk hutan untuk memanfaatkan apa yang ada di hutan, selagi hal tersebut diperbolehkan menurut hukum yang berlaku.

Saya melihat tiga orang nenek-nenek yang menyeret kayu bakar menuju ke luar hutan, saya juga melihat bapak-bapak membawa bambu yang diambil dari hutan adat. Kebetulan beberapa hari lagi akan ada Lebaran Haji atau Hari Raya Idul Adha, jadi masyarakat mengambil bambu adalah untuk belemang. Artinya, ketergantungan masyarakat terhadap hutan masih besar. Pemanfataan tumbuhan secara tradisional (etnobotani) masih banyak terdapat disini. Hal tersebut menandakan bahwa hutan adalah bentuk eksistensi dan jati diri masyarakat. Tidak hanya bernilai budaya, tetapi juga bernilai spiritual.

Masyarakat yang memanfaatkan bambu dari hutan.

Mendengar cerita dari Bang Ariez, perubahan perilaku dan kesadaran masyarakat untuk melindungi hutan karena masyarakat pernah merasakan dampak dari kerusakan hutan yang terjadi beberapa tahun silam. Walaupun Hutan Adat Tigo Luhah Kemantan ini sudah ada sejak tahun 1994, namun masyarakat mulai berbenah dan melakukan pengelolaan dengan baik setelah mengalami musibah banjir pada Tahun 2009.

Kemantan yang notabenenya berada tepat di kaki bukit terkena dampak banjir akibat dari tidak banyaknya pohon yang menahan debil air membesar setelah hujan terjadi kurang lebih seminggu. Air yang mengalir melalui sungai yang berada di dalam hutan ganas menyerang pemukiman warga. Aakhirnya warga perlahan sadar tentang pentnignya keberadaan hutan yang diiringi dengan penguatan lembaga adat yang dibuktikan dengan terbitnya SK Bupati Kerinci 522.21/KEP.373/2013: Tentang penetapan pengukuhan pengelolaan hutan hakTigo luhah Kemantan Kecamatan Air Hangat Timur dan pada tahun 2016 disusul dengan  Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 6740/MENLHK-PSKL/KUM.1/12/2016. Tentang Penetapan pencantunan hutan Adat Tigo luhah Kemantan seluas ± 452 ( Empat ratus lima puluh dua ) Hektar dikecematan Air Hangat Timur kab. Kerinci Provinsi Jambi dalam peta kawasan hutan.

Lembaga yang terus berbenah, didampingi oleh LSM dan KPHP Kerinci sebagai Uint Pelaksana Teknis Daerah terus memberikan inovasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta memberi solusi untuk setiap permaslahan yang dihadapi oleh masyarakat.

Setelah melakukan perjalanan kurang lebih 1 Jam, akhirnya kami sampai di lokasi yang kami tuju, Yaitu Air Terjun. Saya mengamati air terjun yang tingginya kurang lebih 10 meter itu mengalirkan air yang bergitu jernih dan segar. Aliran air ini merupakan sumber aliran air utama bagi masyrakat kemantan dan sekitarnya, Tidak hanya untuk keperluan dapur dan mandi, air ini ternyata juga mengairi sawah-sawah warga. Betapa vitalnya peran hutan disini. Ketika kita menjaga hutan, hutan akan menjaga manusia dari bencana alam dan bencana kelaparan.
Air terjun yang berada di Hutan Adat Kemantan.

 Setelah merasa cukup puas melihat air terjun dan juga logistik kami sudah habis, kami memutuskan untuk pulang. Perjalanan pulang yang terasa lebih cepat dibanding perjalan pergi tadi membuat kami tidak terlalu capek. Walaupun sebenernya sudah memasuki jadwal makan siang, karena kami tidak membawa bekal makan, jadi kami tetap melanjutkan perjalanan pulang.

Ketika di perjalanan pulang, saya mendengar suara anak-anak yang sepertinya sangat riang dan gembira. Tongkat yang saya pegang saat itu langsung saya tinggalkan di jalan, sembari mengeluarkan kamera dari dalam tas. Iya, naluri saya benar, saya yakin pasti ada anak-anak yang sedang mandi di irigasi. Dan saya berharap bisa memotret mereka dengan bahagia.

Saya yang berada paling belakang, mengamati mereka yang berenang, melompat dengan wajah cerah dan gembira. Aku yang sedari tadi sudah mengeluarkan kanera, spontan memotret mereka. setelah mencoba komunikasi dengan mereka, akhirnya anak-anak itu mau mendengar kata saya. Mereka saya suruh melompat berbarengan. Setelah hitungan satu, dua, tiga. Akhirnya mereka saya jepret dengan kamera yang saya pegang saat itu.

Terlihat anak-anak ini memiliki masa kecil yang bahagia, mereka masih memiliki sungai untuk bercengkrama. Jadi, waktu mereka tidak melulu digunakan untuk bermain gadget. Berbeda dengan daerah saya, yaitu di Siulak, yang tidak ada lagi sungai yang jernih untuk berenang dan bermain air. Sungguh beruntung anak-anak ini, beruntung karena mereka masih memiliki hutan dan segala bentuk kebaikan yang dihadirkan oleh hutan.

Anak-anak yang mandi di sungai.




sumber : Profil Adat Tigo Luhah Kemantan

Comments

Popular posts from this blog

Buku Hijau

Untukmu saksi bisu. Denganmu garis-garis perjuangan ku ukirkan. Denganmu bait-bait cinta kurangkaikan. Denganmu segala sendu kusampaikan. Dan denganmu jutaan semangat ku hamburkan. Kau hanya diam tersenyum melihatku menulis diatasmu. Kaulah sahabat sebenar-benar sahabat. Tidak khianat. Sekarang tetaplah bisu. Tapi nanti setelah aku mati. Ceritakanlah sejarah juang dan mimpi-mimpiku pada manusia dan semesta. Karena aku hanyalah manusia egois yang ingin jiwaku tetap hidup, walau raga telah tiada. Sahabat, kau akan menjadi pemantik perubahan dunia. Terima kasih sahabatku, setia selalu. Walau kita terpisah oleh dimensi ruang dan waktu. ~dorelefendi

Kesadaran

     Hanya ada suara adzan di masjid ketika kami melakukan kunjungan ke salah satu rumah sakit di sudut kota. Mungkin karena malam, sehingga tempat ini tidak begitu ramai akan suara. Langkah kaki bergesek ke lantai terdengar, sesekali terdengar juga suara orang-orang yang melintas menghiasi perjalanan kami menuju ruangan B1, bagian rawat inap.      Sama seperti rumah sakit pada umumnya, Rumah Sakit Raden Mat Taher yang ada di Kota Jambi ini termasuk rumah sakit yang menghadirkan suasana mencekam. Bagiku rumah sakit selalu mencekam, terutama tentang kesedihannya. Orang-orang yang biasa bersama dengan tawa, kini mesti berlarut dengan kesedihan karena penyakit. Bahkan tidak sedikit yang mesti mendatangkan tangisan penuh kesedihan karena kematian.      Sebelum menaiki tangga menuju lantai dua, aku sempat meliihat seorang anak muda yang tidak sanggup lagi berjalan. Ia didorong diatas kursi roda bertangkaikan infus di samping kanannya. Tatapannya kosong. Sayang sekali rasanya, umur semu