Skip to main content

ENGKAU TERLALU BAIK UNTUK DISAKITI


            Sudah hampir memasuki tahun ketiga engkau tidak lagi rutin mengucapkan pesan selamat tidur yang romantis untukku. Sudah hampir pula selama itu senyum ria dan sapa bahagia tak lagi ada ketika kita bertemu di jalan dan hanya saling bertatap mata. Terlihat sekali mata yang mengisyaratkan pesan pertanda cinta lama belum sempat terselesaikan semuanya.
            Kita sudah tidak lagi menjadi kita. Hanya ada aku dan kamu dengan dua jalur yang berbeda. Dibalik itu, ternyata hati tidak dapat berbohong walaupun sebenarnya aku mencoba untuk membuat hati ini menjadi kosong. Pun demikian dengan mu, aku sangat tahu itu.
            Diam-diam kau sering berleha dengan air matamu ketika saksi bisu pertanda kenangan menampakkan dirinya. Seperti jalan, gedung, hujan, bahkan cafΓ© petama makan berdua dan berbagi makan dengan sebuah garpu dan pipet minum jus jeruk pesananku.
            Dibalik itu semua, aku adalah aktor yang hebat dengan segala sandiwara yang ku permainkan dalam pertunjukan wayang ini. Aku adalah kesatria yang perlahan meninggalkan luka untuk sang ratu kerajaan. Kepergian ini membawa beban yang sangat berat. Tetapi semuanya berlangsung biasa-biasa saja karena aku telah tahu bahwa ini hanyalah pertunjukan biasa dalam pertunjukan wayang di sebuah panggung megah. Tetapi malah sebaliknya terjadi padamu. Engkau lupa bahwa ini hanyalah pertunjukan biasa yang dipertontonkan untuk diambil amanah dalam pertunjukan ini.
            Engkau itu kuat, jika aku berada di posisimu aku pasti tak mampu bertahan selama ini. Beralarut dalam sepi. Melihatku pergi dengannya, kau seolah bersikap biasa-biasa saja. Tetapi sesekali kau memang ceroboh, tak dapat memendung rindumu yang sangat berat itu, dan mengajakku memikul rindu itu berdua. Kecerobohonnmu membuatku semakin yakin bahwa kau sering diam-diam merindu tentang aku dan kenangan kita.
Engkau itu baik.
Engkau itu istimewa.
Engkau itu unik.
Dan engkau itu cantik.
            Kini kita sudah berbeda jauh altitude, dan komunikasi kita sangat berbatas waktu dan tidak seperti dulu. Aku tahu engkau sering rindu, membuat snapgram sekedar berkata tentangku. Sesekali kau kirimkan pesan singkat kepadaku. Ya, aku tak seperti yang dulu, tidak lagi bisa berbalas rayuan untukmu.
            Engkau disana dengan budaya belajar baru dan semangat yang kau emban dari kampung halaman berupa harapan besar keluarga di pundakmu. Membuat prestasi adalah tujuanmu kesana. Ukiran itu sudah kau buat dengan bagus di semester muka. Tidak sedikit lelaki yang coba mendekatimu. Dan berusaha menyukainya, tetapi semuanya terasa hampa. Karena kau selalu mengingat namaku dalam hatimu. Hati yang telah ku do’akan sejak awal kita bertemu untuk senantiasa mengigat namaku.
            Mungkin aku menyakitimu lewat doa’a itu, sampai suatu waktu kau pernah berkata “aku belum pernah sedahsyat ini mencintai orang lain”. Kau juga memberontak hati dan menolak untuk pergi dariku, berusaha melupakan ku, tetapi itu hanyalah ocehan tak befaedah semata, karena tulisan namaku sudah mengakar erat di kepala, katamu. Dan kau sanggup tidak pulang kampung liburan semester ini hanya karena kau tidak ingin melihat goresan kenangan pada diriku yang senantiasa mengingatkanmu.
            Diriku disini belum pernah merasakan ikatan batin sekuat ini selain dengan dirimu. Tapi aku memang harus melakukan ini. Aku pergi untuk suatu alasan yang jauh dan bahkan sangat jauh luar biasa. Karena aku tidak ingin ada kata tersakiti dalam kamus keluarga kita dalam skala lebih besar. Sungguh kuharap kau bahagia disana, dan pasti akan bahagia. Akan banyak lelaki baik dan mapan yang akan mnghampiri. Kumohon lupakanlah aku, karena kau terlalu baik untuk disakiti.
            Hentikan semua sendu ini. Berdo’alah.
            Kau tahu ketika awal kita bertemu ? aku hanya bisa mengagumi dan berdo’a disetiap waktu. Sampai saat ini ternyata do’a masih ditancapkan di hatimu. Dan yang satu satunya yang bisa mengambil tancapan itu adalah do’a mu. Dan sekarang ada dua do’a yaitu do’aku dan do’mu. Kedua do’a untuk kebaikann kita bersama. Karena aku sudah berpikir jauh, bahkan sangat jauh sebelum mengambil keputusan dan menggulirkan semua ini agar bisa terjadi. Walaupun sejatinya aku adalah rapuh.
            Oktober dan purnama menjadi saksi bahwa kau menjadi pahlawan dalam semua ini. Selamat berjuang dan selamat berperang. Karena sejatinya aku adalah kamu.


‘Angin sampaikan padanya aku adalah dia’.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Buku Hijau

Untukmu saksi bisu. Denganmu garis-garis perjuangan ku ukirkan. Denganmu bait-bait cinta kurangkaikan. Denganmu segala sendu kusampaikan. Dan denganmu jutaan semangat ku hamburkan. Kau hanya diam tersenyum melihatku menulis diatasmu. Kaulah sahabat sebenar-benar sahabat. Tidak khianat. Sekarang tetaplah bisu. Tapi nanti setelah aku mati. Ceritakanlah sejarah juang dan mimpi-mimpiku pada manusia dan semesta. Karena aku hanyalah manusia egois yang ingin jiwaku tetap hidup, walau raga telah tiada. Sahabat, kau akan menjadi pemantik perubahan dunia. Terima kasih sahabatku, setia selalu. Walau kita terpisah oleh dimensi ruang dan waktu. ~dorelefendi

Kesadaran

     Hanya ada suara adzan di masjid ketika kami melakukan kunjungan ke salah satu rumah sakit di sudut kota. Mungkin karena malam, sehingga tempat ini tidak begitu ramai akan suara. Langkah kaki bergesek ke lantai terdengar, sesekali terdengar juga suara orang-orang yang melintas menghiasi perjalanan kami menuju ruangan B1, bagian rawat inap.      Sama seperti rumah sakit pada umumnya, Rumah Sakit Raden Mat Taher yang ada di Kota Jambi ini termasuk rumah sakit yang menghadirkan suasana mencekam. Bagiku rumah sakit selalu mencekam, terutama tentang kesedihannya. Orang-orang yang biasa bersama dengan tawa, kini mesti berlarut dengan kesedihan karena penyakit. Bahkan tidak sedikit yang mesti mendatangkan tangisan penuh kesedihan karena kematian.      Sebelum menaiki tangga menuju lantai dua, aku sempat meliihat seorang anak muda yang tidak sanggup lagi berjalan. Ia didorong diatas kursi roda bertangkaikan infus di samping kanannya. Tatapannya kosong. Sayang sekali rasanya, umur semu