Skip to main content

Romeo dan Buku Cinta


 Romeo, namaku sangat terkenal di kalangan pujangga cinta. Tertanda sebagai kasih cinta abadi. Begitulah namaku, nama yang melegenda.

Nama hanya sekadar nama. Aku pemilik nama ternyata adalah orang yang cupu dalam dunia cinta. Tertanggal 16 april 2017, tak sengaja mata melihat seorang wanita dengan paras luar biasa manisnya. Itulah titik awal kisahku sebagai pujangga cinta.

Beberapa minggu ini hatiku memang sedang trending tentang cintaku padanya. Dia, Krisna. Sekolah serasa taman bunga dengan kehadirannya.

Pernah suatu saat, ketika sekolah telah usai. Waktu itu, hujan datang menghampiri. Membuat para siswa belum pulang dan berdiri di depan kelas. Aku berada di ujung lorong sendiri. Mataku menelusuri lorong yang dipenuhi siswa yang lain. Mata ini serasa ditarik pada suatu titik. Pada seorang wanita yang sedang memandangi hujan dengan memluk beberapa buku di pangkuannya. Aku bertanya dalam hati, "kenapa ada manusia semanis ini ?". Aku tambah menikmati memandangi malaikat kecil itu.

Kemudian aku bergegas kedepan kelasku di lantai dua. Diatas ternyata ada wahyu. Seketika aku bosan menunggu hujan reda, kemudian mengambil buku dan membacanya seraya disaksikan oleh langit yang bersedih kala itu.

Kemudian wahyu yang ada disebelah mengambil bukuku sambil bercanda akan menjatuhkannya. Kemudian hal yang sama juga aku lakukan. Aku dengan bukunya.

Tak sengaja, buku wahyu yang ada di tanganku terjatuh dan mengenai seseorang di lantai satu. Aku bergegas kebawah mengambil buku dan meminta maaf pada orang itu. .
Sampai dibawah, aku langsung mengambil buku seraya berkata "Maaf ya". Ketika aku melihat ke wajahnya, "oh tidak" pekikku dalam hati. Dia adalah krisna, semesta menyaksikanku yang sangat malu saat itu. "Namaku krisna, panggil saja isna". Dengan suara lembut menyentuh kalbu. "aku romeo" jawabku.

Dari situ, aku semakin dekat dengan dengannya, semesta mendatangkan cintaku untuknya.

Aku bersyukur pada buku wahyu yang rela jatuh untukku.

Semenjak saat itu, selain mengagumi lewat mata, hati dan pikiran, aku juga bercerita lewat aksara menjadi beberapa naskah yang tak terpisah.

"Tulislah selagi ingat, bacalah ketika lupa. Aku menulis menandakan bahwa aku selalu mengingatnya. Aku membaca bahwa aku takkan pernah melupakannya. Dia, isna. ~Romeo.

Comments

Popular posts from this blog

Buku Hijau

Untukmu saksi bisu. Denganmu garis-garis perjuangan ku ukirkan. Denganmu bait-bait cinta kurangkaikan. Denganmu segala sendu kusampaikan. Dan denganmu jutaan semangat ku hamburkan. Kau hanya diam tersenyum melihatku menulis diatasmu. Kaulah sahabat sebenar-benar sahabat. Tidak khianat. Sekarang tetaplah bisu. Tapi nanti setelah aku mati. Ceritakanlah sejarah juang dan mimpi-mimpiku pada manusia dan semesta. Karena aku hanyalah manusia egois yang ingin jiwaku tetap hidup, walau raga telah tiada. Sahabat, kau akan menjadi pemantik perubahan dunia. Terima kasih sahabatku, setia selalu. Walau kita terpisah oleh dimensi ruang dan waktu. ~dorelefendi

Kesadaran

     Hanya ada suara adzan di masjid ketika kami melakukan kunjungan ke salah satu rumah sakit di sudut kota. Mungkin karena malam, sehingga tempat ini tidak begitu ramai akan suara. Langkah kaki bergesek ke lantai terdengar, sesekali terdengar juga suara orang-orang yang melintas menghiasi perjalanan kami menuju ruangan B1, bagian rawat inap.      Sama seperti rumah sakit pada umumnya, Rumah Sakit Raden Mat Taher yang ada di Kota Jambi ini termasuk rumah sakit yang menghadirkan suasana mencekam. Bagiku rumah sakit selalu mencekam, terutama tentang kesedihannya. Orang-orang yang biasa bersama dengan tawa, kini mesti berlarut dengan kesedihan karena penyakit. Bahkan tidak sedikit yang mesti mendatangkan tangisan penuh kesedihan karena kematian.      Sebelum menaiki tangga menuju lantai dua, aku sempat meliihat seorang anak muda yang tidak sanggup lagi berjalan. Ia didorong diatas kursi roda bertangkaikan infus di samping kanannya. Tatapannya kosong. Sayang sekali rasanya, umur semu