Skip to main content

Belajar Dari Siapapun

Kita perlu menyelam dalam-dalam dalam diri, untuk lebih mengenali pribadi yang dikait oleh jiwa. Karena jika tidak, bisa saja kita terlena dalam lubang-lubang keangkuhan. 

Dewasa adalah sebuah proses yang dilahirkan dari waktu dan proses itu sendiri. Lahir ketika kita yang dulunya anak-anak, sekarang menjadi dewasa dengan pergantian waktu, kita yang dulunya cupu sekarang menjadi dewasa dengan berbagai persoalan.

Waktu itu, aku mengikuti sebuah workshop tentang kepenulisan. Dimana aku yang notabenenya adalah mahasiswa luar daerah yang pulang kampung dan mengikuti workshop tersebut bersama teman-teman dari dalam daerah. 

Aku tak tahu apakah aku sombong atau tidak. yang jelas, ada sedikit rasa yang menaikkan dirinya dalam dada. Aku cepat-cepat menghentikan rasa itu. Karena ku tau, itu akan berdampak negatif jika dibiarkan berkepanjangan.

Pemateri pertama dalam workshop kali ini adalah salah seeorang putra daerah yang telah sukses di dunia luar. Hadir dengan segudang prestasi yang membawanya ke luar negeri. Ia bercerita bagaimana pengalaman dan mimpinya membawa ia ke negeri yang bukan tempat ia dilahirkan. Tidak hanya bagian Asia, Eropa pun telah ia jajaki. Aura positifnya terasa sekali, hingga ada yang rasanya berbisik ke nurani untuk dapat seperti dia. 

Setelah pemateri pertama berbicara dan menyampaikan beberapa materi dan motivasi, kemudian pemateri kedua menyapa dan bersiap memulai. Aku yang duduk di kursi bagian tengah deretan ketiga yang memakai kemeja hitam dengan garis kotak-kotak penyusunnya berkata dalam hati "Sepertinya akan berlangsung biasa-biasa saja." Hingga kami disuruhnya duduk mendekat ke depan. Layar infokus menyala, terbukalah microsoft word dengan tujuh poin nomor. "Apa ini ?  beberapa tidak pernah ku dengar istilah itu. Ada google lanjutan, Shinta, Garuda dan lain-lain. 

Ia mulai membuka kalimatnya "Ini adalah mesin pencari agar kita dipermudah dalam memuat tulisan." "Apa ?." Aku yang sudah mulai menulis dari tahun lalu tidak mengerti beberapa istilah yang ia tampilkan. Aku perlahan larut dalam  materi yang ia sampaikan. Membuatku yang miskin ilmu komputer ditambah susahnya sinyal agak kesulitan mengejar apa yang ia sampaikan. Perlahan aku bertanya beberapa hal yang tidak begitu aku mengerti, ia menjawabnya. Aku juga belajar banyak dari penjelasannya lewat pertanyaan orang lain. Begitulah belajar, kita mesti mengkolaborasikan pendengaran, penglihatan serta pengucapan atau praktek.

Sampai pada pembahsan Google Scholar, aku terkejut melihat infokus menampilkan akun Google Scholar milik pemateri. Seseorang yang ekspektasiku tidak terlalu tinggi tentangnya ternyata dengan fakta mematahkan ekspektasiku. Terpampang sudah banyak tulisan yang ia terbitkan. Bahkan beberapa diantaranya adalah Bahasa Inggris. Barulah aku sadar bahwa dia bukanlah orang biasa-biasa saja. Dia istimewa dengan segala kesederhanaan, tanpa kesombongan.

Kemudian pada akhirnya aku menarik benang kesimpulan bahwa tidak semua yang kuliah di dalam daerah memiliki kompetensi yang rendah. tetapi kuliah di luar daerah juga tidak menjamin kita memilki kompetensi yang tinggi. Semua hal tersebut kita sendiri yang membangunnya, kita sendiri yang menciptakan. Semuanya tergantung kadar mimpi yang kita gantungkan. 

Selain itu, hati kembali merendah serendah-rendahnya untuk membuka cakrawala pikiran bahwa kita dapat belajar dengan siapapu, kapanpun dan dimanapun. Tergantung bagaimana kita memandangnya sebagai sebuah ruang belajar.

Comments

Popular posts from this blog

Buku Hijau

Untukmu saksi bisu. Denganmu garis-garis perjuangan ku ukirkan. Denganmu bait-bait cinta kurangkaikan. Denganmu segala sendu kusampaikan. Dan denganmu jutaan semangat ku hamburkan. Kau hanya diam tersenyum melihatku menulis diatasmu. Kaulah sahabat sebenar-benar sahabat. Tidak khianat. Sekarang tetaplah bisu. Tapi nanti setelah aku mati. Ceritakanlah sejarah juang dan mimpi-mimpiku pada manusia dan semesta. Karena aku hanyalah manusia egois yang ingin jiwaku tetap hidup, walau raga telah tiada. Sahabat, kau akan menjadi pemantik perubahan dunia. Terima kasih sahabatku, setia selalu. Walau kita terpisah oleh dimensi ruang dan waktu. ~dorelefendi

Kesadaran

     Hanya ada suara adzan di masjid ketika kami melakukan kunjungan ke salah satu rumah sakit di sudut kota. Mungkin karena malam, sehingga tempat ini tidak begitu ramai akan suara. Langkah kaki bergesek ke lantai terdengar, sesekali terdengar juga suara orang-orang yang melintas menghiasi perjalanan kami menuju ruangan B1, bagian rawat inap.      Sama seperti rumah sakit pada umumnya, Rumah Sakit Raden Mat Taher yang ada di Kota Jambi ini termasuk rumah sakit yang menghadirkan suasana mencekam. Bagiku rumah sakit selalu mencekam, terutama tentang kesedihannya. Orang-orang yang biasa bersama dengan tawa, kini mesti berlarut dengan kesedihan karena penyakit. Bahkan tidak sedikit yang mesti mendatangkan tangisan penuh kesedihan karena kematian.      Sebelum menaiki tangga menuju lantai dua, aku sempat meliihat seorang anak muda yang tidak sanggup lagi berjalan. Ia didorong diatas kursi roda bertangkaikan infus di samping kanannya. Tatapannya kosong. Sayang sekali rasanya, umur semu