Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2018

293,8 Km

     Tepat setahun sudah dua insan yang jatuh cinta terlarut dalam rindu yang sangat mendalam. Perputaran waktu terasa begitu lama. karena dua hal, waktu dan jaraklah adalah penyebab utama mereka hanya bisa saling membangun cinta hanya lewat do'a.      Penikmat rindu yang sejati hanya bisa menuruti kata hati dan saling menggenggam kepercayaan untuk semua ini. Dengan keyakinan suatu saat semua rindu akan tercurah lewat pertemuan di musim liburan.       293,8 Km bukan jarak yang dekat untuk ditempuh berjalan kaki. Dari pusat kota ke daerah pelosok provinsi menjadi bukti nyata bahwa dua insan pemilik cinta berjuang menggapai cita masing-masing untuk mebina cinta yang jauh lebih diridhai.       Rindu, kau menusuk setiap waktu. Jantung ini kau debar kencangkan ketika terngiang sesosok wanita lembut dan cantik itu. Rindu, kau perlahan membunuhku. Rindu, bawalah diri ini ke pelosok provinsi ini. Dan pertemukan aku dengannya walau hanya sebentar.

Apakah Ini Kebahagiaan Rembulan ?

     Malam telah tiba, sang siang telah tiada. kegelapan malam sangat terasa ketika aku duduk di kursi kecil depan rumah di kaki gunung kerinci. Sambil menggeser menu di hp sembari sesekali masuk kedalam rumah untuk melayani pembeli di warung kecil milik keluarga ini.      Jarum jam terus berputar pertanda siang kian menjauh. Artinya kebahagiaan sang mentari telah pergi dan siap diganti oleh rembulan. Kutunggu rembulan namun tiada tiba. Kutunggu lagi namun sang rembulan tak kunjung datang. Hati ini tak terima. Kebahagiaan sang mentari kini diganti dengan kesunyian malam yang sangat jauh dari ekspektasi semula. Udaranya yang dingin sampai ke tulang. Apalagi hati, seolah ditusuk jarum perlahan karena belum siap menerima kenyataan ini.      Otak ini tak mampu berpikir lagi tentang kebahagiaan yang ditunggu itu. Aku mencoba bertahan diatas kepahitan ini dan melawan logika yang seharusnya membawaku tidur lelap saat ini.      Berdiam disini aku sendiri. Mencoba menghibur diri

Asa, Rasa dan Cinta

                  Perjalanan kali ini adalah perjalanan yang serat akan kedamaian, ketenangan dan juga kesendirian yang begitu membahagiakan. Perjalanan menuju danau diatas awan di pelosok negeri. Danau yang tak habis dengan pesonanya. Dimulai dari gemulai ombak kecil ditepi danau, sejuknya udara, kicauan burung, dan bunyi dedaunan yang tertiup riuh angin. Menambah dukung suasana disini yang berdamai dengan hati.      Awal perjalanan sendiri, ya aku memang berniat memulai petualangan ini dengan langkah kaki kesendirian. Tapi gunung selalu mengerti akan hal itu. Gunung tidak pernah menghadirkan kesendirian untuk kita. Di perjalanan, aku banyak bertemu orang hebat pendaki gunung. Hal itu menggoyahkan keyakinanku bahwa aku yang awalnya ingin dengan kesendirian kini berganti dengan keramaian. Banyak orang melakukan perjalanan dari keramaian menuju pengasingan, dan tidak sedikit pula yang melakukan perjalanan dari pengasingan menuju keramaian. Semua itu dilakukan hanya untuk mend

Celoteh di Gubuk Senja

     Hujan berjatuhan ketika aku semangatnya bekerja bersama kakek, nenek dan dan legian, adik sepupuku yang juga ikut ke ladang di liburan kali ini. Kami langsung bergegas pulang walaupun ada sedikit lagi pekerjaan yang belum selesai. Nenek langsung mengambil daun pisang untuk dijadikan payung yang kemudian langsung diikuti olehku dan, legian dan juga kakek secara berurutan. Nenek berada terdepan untuk memimpin pasukan kecil kami ini menuju sebuah gubuk persitirahatan kami. Serambi di perjalanan pulang, nenek bercerita tentang orang-orang tua dahulu juga menggunakan daun pisang sebagai payung seperti yang kami praktekkan sekarang.            Sesampai di gubuk, kami mengganti pakaian yang sedikit basah tadi. Kami beristirahat di dalam gubuk tua penuh kenangan ini yang terbuat dari kayu dan beratapkan seng. Nenek dan kakek nampaknya sangat gembira melihat kedua cucunya ini tumben-tumbenan mau ikut ke ladang. Istirahat kamipun diselingi dengan cerita motivasi tentang kisah